Skip to main content

Hidup (bagian 2)

Baca bagian 1...

Pemerataan Kesempatan

Karena manusia berbeda-beda, mereka harus diberikan kesempatan untuk mencoba semua hal untuk mengetahui kelebihan mereka dan kemudian melatihnya. Kenapa diberikan?

Karena hidup manusia tidak dipegang dirinya sendiri, ada orang tua & lingkungan yang bisa saja punya kepentingan dan negara yang mengambil tanggung jawab hidup rakyatnya; karena itu negara juga punya tangguna jawab dalam hal ini.

Selain itu masalahnya bukan hanya soal ada atau tidaknya kesempatan itu, tapi akses ke kesempatan itu. Sistem dunia dewasa ini kurang adil dalam akses kesempatan. Lebih tepatnya karena ada instrumen untuk mengakses kesempatan itu, uang, dan instrumen itu tidak terbagi dengan adil.

Instrumen lainnya adalah yang semua orang diharuskan untuk ikut, yaitu sekolah. Masalah dari sekolah adalah mereka mengajarkan hal yang sama pada semua, memaksa mereka untuk bisa semuanya, padahal apa yang mereka ajarkan tidak mencakup semua hal, jadi akan selalu ada yang tertinggal dan pada akhirnya merasa bodoh karena ada sistem penilaian yang tidak berkelanjutan.

Bukan berarti uang dan sekolah itu buruk. Uang hanyalah alat tukar untuk pelumas transaksi yang merupakan keniscayaan. Sedangkan sekolah hanyalah tempat belajar orang-orang yang memiliki minat dalam sesuatu.

Harus Jadi (Manusia Seperti) Apa?

Jawabannya adalah terserah. Apapun bidangnya, semua relevan; apapun profesinya, semua berguna. Yang penting adalah tidak bertentangan syariat, karena hukum agama itu mutlak.

Impian itu tujuan, yang berarti ada jalannya untuk menuju ke sana, lewatilah jalannya sebagai bentuk usaha. Untuk mencapai suatu tujuan tidak hanya ada satu jalan, ada jalan yang lain. Tidak harus melewati jalan sekolah.

Jalan juga ada yang baik dan buruk, lewatilah jalan yang baik, Insyaallah lebih berkah. Kita harus tau, melewati jalan yang benar belum tentu sampai tujuan. Bisa saja mampir ke restoran karena lapar, tempat pengisian karena bahan bakar habis, atau kecelakaan jadi ke rumah sakit.

Hal yang tidak diinginkan dapat diminimalisir dengan doa, jangan lupakan doa selain usaha. Tapi saat itu terjadi, jangan menyalahkan diri sendiri, asal kita sudah berusaha semampunya tidak ada yang salah. Jangan juga menyalahkan Allah, karena Ia punya rencana besar, rencana terbaik untukmu, walaupun kamu tidak suka. Apapun yang terjadi tetap terima dengan hati lapang.

Perbandingan dengan Sekarang

Seperti dalam hukum ekonomi, kompetisi yang memenuhi dunia ini ada karena terlalu banyak permintaan, orang, dan sedikit sumber daya, sekolah dan lapangan kerja.

Kompetisi ini membuat kita akan berusaha untuk menjadi si paling pintar, si paling hebat, dan si paling kaya. Terlihat bagus memang, memiliki ambisi untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya; tapi juga berambisi menjadi lebih baik dari orang lain, yang mana bisa baik atau buruk.

Tidak jarang, atau bahkan sering, persaingannya suatu saat akan menjadi tidak sehat. Persaingan juga akan membuat kita fokus hanya pada diri sendiri dan melupakan orang lain, orang kecil dan segala keterbatasannya. Dengan demikian, mereka yang terlahir dari keluarga tidak mampu akan sulit untuk memperbaiki kehidupannya karena tidak ada yang membantu.

Padahal manusia adalah makhluk sosial, tapi malah bersifat individual. Semua dilakukan demi mendapat uang yang katanya untuk bertahan hidup karena makanan dibeli menggunakan uang.

Berusaha menjadi "si paling" juga dapat memiliki efek samping bagi diri sendiri. Mereka akan hidup tertekan, tertekan karena merasa sulit untuk menjadi "si paling" atau tertekan karena harus mempertahankan ke-si-paling-an mereka.

Sehingga sekarang muncul istilah kesehatan mental. Atau yang sudah sejak lama ada, orang-orang berkuasa yang bisa melakukan apa saja asal mereka tetap berkuasa.

Semua muncul dan dilakukan karena mengikuti sistem hidup dewasa ini. Sistem yang tidak tau bagaimana bisa terbentuk dan tidak tau apakah bisa diubah. Solusinya mungkin dengan hidup dalam sistem kita sendiri.

Comments

Popular posts from this blog

Makin Dekat, Makin Tak Terlihat

Saya pernah bertanya kepada sekumpulan anak sekolah dasar. Mereka bukan sekumpulan anak-anak asing yang ditemui di pinggir laut. Kami sudah saling mengenal selama 3-4 bulan. Waktu itu, di sebuah sekolah yang bersebelahan dengan laut, pertanyaan yang saya ajukan adalah, "Apa perbuatan baik yang baru-baru saja dilakukan orang lain pada kalian, siapa orang itu, dan kapan dia melakukannya?". Dua orang anak menjawab, "Dibelikan es teh, kak. Oleh teman. Dua hari lalu". Kemudian saya tanya lagi, "Bagaimana kalau keluarga, orang tua, mungkin ibu?". Mereka menggaruk-garuk dagu tanda sedang berpikir. Hening beberapa saat. Mereka mengangguk setuju setelah saya bilang, "Bukan kah sarapan tadi atau tadi malam kalian dibuatkan makanan? Atau pagi tadi dibangunkan untuk sholat Shubuh?" Begitulah manusia, terbiasa mengelukan kebaikan yang sesekali dilakukan orang lain dan meremehkan kebaikan yang sering dilakukan orang terdekat. Tidak peduli seberapa keci

Pemimpin atau Dikorbankan?

Apakah kalian pernah diberikan amanah atau tanggung jawab terlebih di organisasi atau komunitas? Menjadi penanggung jawab program kerja misalnya, atau kepala bidang, atau bahkan sebagai pimpinan organisasi/komunitas itu sendiri? Pada awalnya pasti ada rasa bangga dipercaya untuk bertanggung jawab atas sesuatu, "Tanggung jawab ini akan sangat bermanfaat untuk melatih kepemimpinan ku yang akan menunjang kehidupan ku di masa depan. Dalam hal profesional dan karir, misalnya" dan hal-hal positif, yang sebenarnya memang positif, lainnya. Namun seiring berjalannya waktu, kamu melihat orang-orang mulai pergi. Mereka menolak saat diberi pekerjaan, tidak datang di agenda kumpul atau rapat, bahkan tidak merespon saat dikontak lewat pesan singkat. Kamu mulai berpikir, "Kenapa rasanya hanya saya yang mengusahakan ini? Kenapa rasanya hanya saya yang tidak bisa benar-benar meninggalkan tanggung jawab ini? Kenapa mereka ringan sekali pergi meninggalkan tanggung jawab? Apakah say

ON THE FLOATING PATHWAYS

(oleh: MadCrafter) when the line is straight as an arrow when the path keeps getting narrow all i feel is the tempt getting stronger who am i to blame? who am i to flame? if a man sense became intractable  i have dealt with thousands rapture only to dealt with thousands more when the breeze of the sea struck my sight only your warmth pierce my frozen heart I swear by the name who lies above only your voices echoed through my thought is it a sin to love a betrothed maiden? it is a sin to love another lover love Keep those hope away from your presence Adoring your existence is one of my pleasure so i praise the sky, the moon, the sun, the earth for this humble wordsmith to befriended with an angel and i hope to see another day with you on the straight path