Saya pernah bertanya kepada sekumpulan anak sekolah dasar. Mereka bukan sekumpulan anak-anak asing yang ditemui di pinggir laut. Kami sudah saling mengenal selama 3-4 bulan.
Waktu itu, di sebuah sekolah yang bersebelahan dengan laut, pertanyaan yang saya ajukan adalah, "Apa perbuatan baik yang baru-baru saja dilakukan orang lain pada kalian, siapa orang itu, dan kapan dia melakukannya?". Dua orang anak menjawab, "Dibelikan es teh, kak. Oleh teman. Dua hari lalu".
Kemudian saya tanya lagi, "Bagaimana kalau keluarga, orang tua, mungkin ibu?". Mereka menggaruk-garuk dagu tanda sedang berpikir. Hening beberapa saat. Mereka mengangguk setuju setelah saya bilang, "Bukan kah sarapan tadi atau tadi malam kalian dibuatkan makanan? Atau pagi tadi dibangunkan untuk sholat Shubuh?"
Begitulah manusia, terbiasa mengelukan kebaikan yang sesekali dilakukan orang lain dan meremehkan kebaikan yang sering dilakukan orang terdekat. Tidak peduli seberapa kecil atau besar.
Lebih mengingat es teh traktiran teman dibanding masakan sehat ibu. Lebih mengagumi teman anaknya yang menawarkan bantuan untuk mencuci piring dibanding anaknya yang biasa mengerjakan 2 pekerjaan rumah tiap hari. Lebih menghargai obrolan singkat dengan rekan lawan jenis dibanding pasangan yang setiap hari menyediakan waktu, telinga, dan hatinya untuk mendengar segala keluhan kita. Perlakuan orang-orang dekat itu tidak terlihat di mata kita.
Kita tidak pernah sadar bahwa perlakuan baik mereka bukan kewajiban mereka pada kita. Mereka melakukannya, karena hanya ingin melakukannya, untuk kita. Tapi kita tidak menghargainya, apalagi membalasnya. Kita baru sadar jika terjadi sesuatu pada orang itu: pergi lama, sakit parah, atau mati. Barulah kita menyadari bahwa semua kebaikan yang dahulu sering mereka lakukan adalah pengorbanan mereka.
Pekalah. Hargailah orang terdekat mu. Jangan meremehkan kebaikan yang rutin mereka lakukan. Balas kebaikan mereka. Tumbuhkan inisiatif untuk melakukan kebaikan duluan pada mereka. Jadikan kebaikan mereka berbalas.
suka banget sama isi tulisannya
ReplyDelete