Skip to main content

Manusia Bisa Jadi Tuhan dengan Pengetahuan?

"Menurut mu, dengan pengetahuan, apakah manusia bisa jadi tuhan?", bunyi sebuah pesan yang dikirimkan oleh teman saya. Saya heran, bagaimana dia bisa berpikir seperti itu.

Dia membawakan argumen tentang sebuah teknologi dalam pengembangan yang teorinya bisa menghubungkan memori atau pikiran semua orang yang memakainya. Terdengar meyakinkan memang, kemajuan pesat sains selalu membuat kita terpana. Tapi, apakah dengan begitu manusia sudah bisa menjadi tuhan?

Untuk menjawab pertanyaan ini sederhana saja, kita definisikan dulu apa itu tuhan. Jika definisi tuhan adalah sang pencipta, maha segalanya, jelas tidak akan bisa manusia mencapai hal itu. Namun, jika definisi tuhan hanyalah maha tau, mungkin bisa saja disebut manusia bisa menjadi tuhan.

Tapi apakah manusia benar-benar bisa menjadi maha tau? Meski semua manusia saling berbagi pengetahuan saat ini, ditambah pengetahuan-pengetahuan dari masa lalu, dan dilengkapi dengan kemampuan untuk memprediksi masa depan, akan selalu ada hal-hal yang tidak kita tau, terutama hal-hal yang bahkan tidak kita ketahui ada atau tidak.

Jika ingin dibawa lebih dalam lagi, anggap kita sudah tau keberadaan dari hal yang sebelumnya kita tidak tau keberadaannya, belum tentu kita sebagai manusia diberi “akses” oleh tuhan untuk mengatur sendiri hal tersebut.

Sebagai contoh, "ilmu" terkait kekekalan. Kita tidak tau apakah hal seperti itu memang "dari alam" atau bisa dipelajari. Kalaupun bisa kita pelajari, apakah bisa kita tiru untuk kelangsungan hidup manusia?

Jika kita lihat sejarah pun. Sudah banyak contoh penguasa peradaban hebat yang terbaik dalam bidangnya menganggap dirinya tuhan dan tidak pernah berakhir dengan baik. Bahkan berakhir buruk. Mati tenggelam, mati karena serangga, juga mati karena gempa.

Jadi, kemajuan pesat dalam sesuatu tidak serta merta membuat manusia bisa menjadi tuhan. Memenuhi satu saja syarat untuk "menjadikan" manusia itu tuhan saja tidak terpenuhi.

Comments

Popular posts from this blog

ON THE FLOATING PATHWAYS

(oleh: MadCrafter) when the line is straight as an arrow when the path keeps getting narrow all i feel is the tempt getting stronger who am i to blame? who am i to flame? if a man sense became intractable  i have dealt with thousands rapture only to dealt with thousands more when the breeze of the sea struck my sight only your warmth pierce my frozen heart I swear by the name who lies above only your voices echoed through my thought is it a sin to love a betrothed maiden? it is a sin to love another lover love Keep those hope away from your presence Adoring your existence is one of my pleasure so i praise the sky, the moon, the sun, the earth for this humble wordsmith to befriended with an angel and i hope to see another day with you on the straight path

Mimpi

Semua orang pasti memiliki mimpi. Mimpi di sini maksudnya adalah mimpi keinginan yang dipikirkan atau diangankan saat sedang bangun dan bukannya mimpi bunga tidur yang muncul saat sedang tidur. Mimpi ini bisa dalam bentuk apa saja. Namun biasanya berbentuk pencapaian. Ingin bersekolah di sekolah favorit, ingin bekerja di perusahaan bonafide, ingin harta yang banyak, ingin pasangan yang rupawan, ingin ini ingin itu banyak sekali . Mimpi adalah lokasi tujuan, yang untuk bisa mencapainya perlu melewati jalur tertentu. Akan tetapi, jalur tertentu tersebut tidak hanya satu. Seperti kata sebuah pepatah, “ Banyak jalan menuju Roma ” tapi setidaknya jalan yang harus dilalui adalah jalan untuk ke Roma, bukan jalan ke Milan. Banyak orang yang menginginkan ke Roma, tapi rute yang mereka lalui bukan untuk ke Roma, malah ke tempat lain. Dalam konteks mimpi, mereka menginginkan sesuatu tapi tidak melewati jalan untuk mendapat sesuatu itu. Jika seperti itu, apakah mereka benar-benar mengi

Pemimpin atau Dikorbankan?

Apakah kalian pernah diberikan amanah atau tanggung jawab terlebih di organisasi atau komunitas? Menjadi penanggung jawab program kerja misalnya, atau kepala bidang, atau bahkan sebagai pimpinan organisasi/komunitas itu sendiri? Pada awalnya pasti ada rasa bangga dipercaya untuk bertanggung jawab atas sesuatu, "Tanggung jawab ini akan sangat bermanfaat untuk melatih kepemimpinan ku yang akan menunjang kehidupan ku di masa depan. Dalam hal profesional dan karir, misalnya" dan hal-hal positif, yang sebenarnya memang positif, lainnya. Namun seiring berjalannya waktu, kamu melihat orang-orang mulai pergi. Mereka menolak saat diberi pekerjaan, tidak datang di agenda kumpul atau rapat, bahkan tidak merespon saat dikontak lewat pesan singkat. Kamu mulai berpikir, "Kenapa rasanya hanya saya yang mengusahakan ini? Kenapa rasanya hanya saya yang tidak bisa benar-benar meninggalkan tanggung jawab ini? Kenapa mereka ringan sekali pergi meninggalkan tanggung jawab? Apakah say