Skip to main content

Laki-laki Terdistraksi

Menyikapi momen berkumpul, setiap orang memang berbeda. Ada yang suka, ada yang tidak suka. Baik itu momen yang kesannya "wajib" seperti lebaran atau yang lebih santai seperti nongkrong. Tapi, satu hal yang pasti dalam berkumpul adalah adanya informasi.

Informasi yang beredar dalam obrolan saat berkumpul tersebut pun beragam dengan kedalaman yang berbeda pula, tergantung kedekatan mu dengan sumber atau pembawa informasi tersebut.

Pembahasan yang ada di permukaan biasanya membahas hal-hal yang terlihat atau informasi umum, seperti sekolah atau pekerjaan. Pembahasan yang lebih dalam dapat membahas topik-topik berat, politik atau agama, atau yang sifatnya personal: opini, emosi, atau keluarga.

Cerita terkait keluarga ini juga beragam, tapi tidak jarang yang bercerita tentang laki-laki dalam rumah tangga tersebut yang tidak fokus. Seorang suami yang harusnya menjadi pemimpin rumah tangga, seorang ayah yang harusnya menjadi kepala keluarga, tidak fokus, terdistraksi.

Bentuk distraksi bisa berupa kewajibannya yang memengaruhi kewajibannya yang lain, misalnya kelelahan bekerja atau mencari nafkah sehingga enggan untuk mengurus anak atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Kemudian bisa juga dari yang "murni" distraksi misalnya perempuan lain; awalnya hanya mengobrol, kemudian dia menjadi nyaman dengan perempuan tersebut; setelah itu perhatiannya semakin bertambah, dia menjadi "dermawan", suka memberi hadiah; bahkan akhirnya menjadi menjalin hubungan gelap. Lalu, bagaimana cara menjaga fokus?

Karena dalam Islam nikah merupakan ibadah sekaligus yang paling panjang, Cara untuk menjaga fokus, ber-istiqomah, dalam ibadah ini adalah dengan memaknai pernikahan karena Allah.

 Niatkan segala sesuatunya untuk ridha Allah, bukan ridha manusia. Bisa itu nafkah yang diberikan ke istri, kasih sayang yang diberikan pada anak, serta bakti kepada kedua orang tua dan mertua. Niscaya perasaan kita akan menjadi lebih tenang dan hubungan dengan Allah pun akan menjadi lebih dekat.

Comments

Popular posts from this blog

ON THE FLOATING PATHWAYS

(oleh: MadCrafter) when the line is straight as an arrow when the path keeps getting narrow all i feel is the tempt getting stronger who am i to blame? who am i to flame? if a man sense became intractable  i have dealt with thousands rapture only to dealt with thousands more when the breeze of the sea struck my sight only your warmth pierce my frozen heart I swear by the name who lies above only your voices echoed through my thought is it a sin to love a betrothed maiden? it is a sin to love another lover love Keep those hope away from your presence Adoring your existence is one of my pleasure so i praise the sky, the moon, the sun, the earth for this humble wordsmith to befriended with an angel and i hope to see another day with you on the straight path

Mimpi

Semua orang pasti memiliki mimpi. Mimpi di sini maksudnya adalah mimpi keinginan yang dipikirkan atau diangankan saat sedang bangun dan bukannya mimpi bunga tidur yang muncul saat sedang tidur. Mimpi ini bisa dalam bentuk apa saja. Namun biasanya berbentuk pencapaian. Ingin bersekolah di sekolah favorit, ingin bekerja di perusahaan bonafide, ingin harta yang banyak, ingin pasangan yang rupawan, ingin ini ingin itu banyak sekali . Mimpi adalah lokasi tujuan, yang untuk bisa mencapainya perlu melewati jalur tertentu. Akan tetapi, jalur tertentu tersebut tidak hanya satu. Seperti kata sebuah pepatah, “ Banyak jalan menuju Roma ” tapi setidaknya jalan yang harus dilalui adalah jalan untuk ke Roma, bukan jalan ke Milan. Banyak orang yang menginginkan ke Roma, tapi rute yang mereka lalui bukan untuk ke Roma, malah ke tempat lain. Dalam konteks mimpi, mereka menginginkan sesuatu tapi tidak melewati jalan untuk mendapat sesuatu itu. Jika seperti itu, apakah mereka benar-benar mengi

Pemimpin atau Dikorbankan?

Apakah kalian pernah diberikan amanah atau tanggung jawab terlebih di organisasi atau komunitas? Menjadi penanggung jawab program kerja misalnya, atau kepala bidang, atau bahkan sebagai pimpinan organisasi/komunitas itu sendiri? Pada awalnya pasti ada rasa bangga dipercaya untuk bertanggung jawab atas sesuatu, "Tanggung jawab ini akan sangat bermanfaat untuk melatih kepemimpinan ku yang akan menunjang kehidupan ku di masa depan. Dalam hal profesional dan karir, misalnya" dan hal-hal positif, yang sebenarnya memang positif, lainnya. Namun seiring berjalannya waktu, kamu melihat orang-orang mulai pergi. Mereka menolak saat diberi pekerjaan, tidak datang di agenda kumpul atau rapat, bahkan tidak merespon saat dikontak lewat pesan singkat. Kamu mulai berpikir, "Kenapa rasanya hanya saya yang mengusahakan ini? Kenapa rasanya hanya saya yang tidak bisa benar-benar meninggalkan tanggung jawab ini? Kenapa mereka ringan sekali pergi meninggalkan tanggung jawab? Apakah say