Menyikapi momen berkumpul, setiap orang memang berbeda. Ada yang suka, ada yang tidak suka. Baik itu momen yang kesannya "wajib" seperti lebaran atau yang lebih santai seperti nongkrong. Tapi, satu hal yang pasti dalam berkumpul adalah adanya informasi.
Informasi yang beredar dalam obrolan saat berkumpul tersebut pun beragam dengan kedalaman yang berbeda pula, tergantung kedekatan mu dengan sumber atau pembawa informasi tersebut.
Pembahasan yang ada di permukaan biasanya membahas hal-hal yang terlihat atau informasi umum, seperti sekolah atau pekerjaan. Pembahasan yang lebih dalam dapat membahas topik-topik berat, politik atau agama, atau yang sifatnya personal: opini, emosi, atau keluarga.
Cerita terkait keluarga ini juga beragam, tapi tidak jarang yang bercerita tentang laki-laki dalam rumah tangga tersebut yang tidak fokus. Seorang suami yang harusnya menjadi pemimpin rumah tangga, seorang ayah yang harusnya menjadi kepala keluarga, tidak fokus, terdistraksi.
Bentuk distraksi bisa berupa kewajibannya yang memengaruhi kewajibannya yang lain, misalnya kelelahan bekerja atau mencari nafkah sehingga enggan untuk mengurus anak atau mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Kemudian bisa juga dari yang "murni" distraksi misalnya perempuan lain; awalnya hanya mengobrol, kemudian dia menjadi nyaman dengan perempuan tersebut; setelah itu perhatiannya semakin bertambah, dia menjadi "dermawan", suka memberi hadiah; bahkan akhirnya menjadi menjalin hubungan gelap. Lalu, bagaimana cara menjaga fokus?
Karena dalam Islam nikah merupakan ibadah sekaligus yang paling panjang, Cara untuk menjaga fokus, ber-istiqomah, dalam ibadah ini adalah dengan memaknai pernikahan karena Allah.
Niatkan segala sesuatunya untuk ridha Allah, bukan ridha manusia. Bisa itu nafkah yang diberikan ke istri, kasih sayang yang diberikan pada anak, serta bakti kepada kedua orang tua dan mertua. Niscaya perasaan kita akan menjadi lebih tenang dan hubungan dengan Allah pun akan menjadi lebih dekat.
Comments
Post a Comment
Kasih pengenal di komentar mu ya...