Dia membuat orang bisa mendapat keinginannya. Dia juga membuat orang rela bermacet-macetan berjam-jam. Dia membuat orang bisa mentraktir teman-temannya. Dia juga membuat antar teman saling tipu.
Dia membuat keluarga bisa makan. Dia juga membuat keluarga saling bunuh. Dia membuat angan-angan untuk melakukan hal baik saat belum dimiliki. Dia juga membuat orang mengesampingkan moralnya saat sudah didapatkan.
Tapi, sebenarnya, apa sih uang itu? Gimana bisa jadi sampai saat ini?
Alat Tukar
Pada awalnya, saat kehidupan masih sederhana, ekonomi juga masih sangat sederhana, orang menukarkan barang yang mereka punya dengan barang yang mereka butuhkan yang disebut barter. Namun masalahnya adalah: belum tentu lawan transaksi butuh barang yang kita punya, belum tentu juga barang yang akan ditukarkan sepadan.
Karena itu, dibuat kesepakatan untuk menggunakan suatu barang sebagai pelumas transaksi. Apakah barang tersebut berharga, atau setidaknya memiliki nilai guna? Ya dan tidak. Beras bisa dijadikan makanan. Kulit dan bulu domba bisa dijadikan pakaian. Tapi emas dan perak, hanya karena indah dan langka. Tapi selama sepakat, kan?
Namun logam tidak praktis digunakan. Jika butuh pecahan kecil untuk barang yang murah, harus dipotong. Karena itulah, sebuah organisasi bernama bank membuat jasa penitipan emas yang kemudian akan dibuatkan kertas bukti bahwa penitip tadi memiliki emas. Logam itulah yang disebut sebagai backup atau underlying dari kertas tadi.
Uang Dewasa Ini
Berkat sebuah konferensi, emas menjadi backup dari dolar AS. Lalu mata uang negara-negara lain bergantung pada dolar AS. Tapi kemudian, dolar AS melepaskan diri dari backup emas. Jadilah uang fiat. Kertas tadi tidak memiliki backup lagi. Melayang-layang ditopang kepercayaan pengguna uang.
Tapi sebetulnya uang tidak harus benar-benar dicetak dalam bentuk kertas. Nilai uang tersebut bisa muncul dan hilang asal tercatat di kolom debit-kredit pada buku besar yang sistemnya sekarang sudah digital. Semudah mengganti angka di layar.
Dari Mana Datangnya Uang?
Bank sentral sebuah negara mengeluarkan angka, yang kemudian diberikan kepada bank-bank yang lebih kecil. Kemudian angka tadi dipinjamkan kepada bisnis atau perorangan dengan syarat saat dikembalikan nanti, kembalikan dengan jumlah lebih banyak, ada bunga/riba. Dari situ juga bank mendapatkan untung dari bisnisnya.
Jika orang sudah percaya, mudah saja membuat produk keuangan yang didasarkan pada uang yang akan dikembalikan orang-orang yang berutang tadi. Begitu terus sampai jumlah uang menjadi berlipat-lipat.
Tapi jumlah ini tidak masuk akal. Kenapa? Bank sentral mengeluarkan angka, misalkan 100. Kemudian bank meminjamkan 100 tadi sebanyak 10 ke 10 peminjam dengan syarat kembalikan sebanyak 12. Jadi total yang harus dikembalikan adalah 120. Bagaimana mungkin? Padahal bank sentral hanya mengeluarkan 100? Lalu, bagaimana mengembalikannya 20 nya?
Karena itulah harus mengambil uang dari orang lain. Karena uang hanya bisa diciptakan atau diambil dari orang lain. Sedangkan yang bisa menciptakan uang hanya bank dan kita bukan bank.
Jadi, hidup manusia sebetulnya hanya mengejar uang yang bahkan secara matematika tidak ada. Cuma bisa saling berebut. Satu dapat, yang lain tidak.
Jumlah uang yang banyak juga dapat membuat uang itu sendiri berkurang nilainya. Bisnis akan beranggapan dengan jumlah uang yang banyak, akan membuat uang lebih mudah didapatkan, lalu menaikkan harga barang atau jasanya.
Sedangkan perorangan dengan gaji dan tabungannya yang cenderung stagnan. Tidak bisa lagi membeli barang impian mereka yang jika mereka gunakan uang mereka sekarang untuk membeli barang tersebut beberapa tahun lalu masih terbeli.
Kekuatan Uang
Seperti yang telah disebutkan di atas. Uang memiliki kuasa atas hidup manusia. Manusia yang memiliki peran bukan cuma sebagai pencari uang. Meninggalkan perannya sebagai hamba tuhan yang beribadah. Meninggalkan perannya sebagai anak yang mengurus orang tuanya. Meninggalkan perannya sebagai suami yang perhatian terhadap istri. Meninggalkan perannya sebagai istri yang menyayangi suami. Meninggalkan perannya sebagai orang tua yang mendidik anak. Meninggalkan perannya sebagai pejabat yang mengabdi untuk rakyat.
Jika berbicara pejabat, sudah bukan tingkat individu melainkan negara. Berkuasa atas hidup orang banyak, rakyatnya juga negara lain. Yang berarti kekuasaan uang itu sangat dalam sekaligus sangat luas.
Sebagai sistem, sistem keuangan saat ini tentu ada yang membuat dan mengatur. Pastinya mereka hebat, membuat dan mengatur sistem yang berkuasa atas dunia dan pikiran manusia.
Comments
Post a Comment
Kasih pengenal di komentar mu ya...